PEKANBARU (RA) - Pengelolaan sampah hingga detik ini masih jauh dari kata memuaskan, seolah-olah sudah menjadi beban Pemerintah Kota Pekanbaru. Dalam hal ini, diperlukan beberapa tindakan preventif (pencegahan) yang dimulai dari masyarakat. Bagaimanapun juga, masyarakat diminta menerapkan pola hidup bersih dalam kesehariannya.
Terkait persoalan sampah, tentunya tak luput dari pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Pekanbaru Nomor Urut 5, Dastrayani Bibra-Said Usman Abdullah. Hal ini dibuktikan masuknya penanganan sampah dalam lima (5) program strategis yang akan diterapkan bila dipercaya masyarakat memimpin Kota Bertuah ini lima tahun ke depan (2017-2022).
Dijelaskan Calon Walikota Pekanbaru Dastrayani Bibra, sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sumber sampah antara lain rumah tangga, pertanian, perkantoran, perusahaan, rumah sakit, pasar, dan lain-lain.
Di kota-kota besar seperti Pekanbaru ini, permasalahan sampah menjadi isu yang besar berkenaan dengan penanganannya yang masih menyisakan masalah baru. Volume sampah yang semakian bertambah dari hari ke hari, jenis sampah yang kian beragam, penyediaan tempat yang masih belum memadahi, hingga perilaku masyarakat kita yang belum sepenuhnya mengerti dan faham akan pentingnya hidup bersih.
"Permasalahan sampah merupakan permasalahan kita semua, segenap komponen masyarakat. Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan dan asas nilai ekonomi," papar Bang Ide.
Diterangkan putera kelahiran Pekanbaru tersebut, pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Belakangan ini, pembuangan sampah yang tidak diurus dengan baik, mengakibatkan masalah besar karena penumpukan sampah atau membuangnya sembarangan berdampak ke saluran air sehingga mengakibatkan banjir.
Paradigma masyarakat juga harus diubah, dari yang selama ini dikumpulkan, diangkut, dibuang dan dibakar, diganti dengan pendekatan lima 5R, yakni rethink (memikirkan), reduce (membatasi/mengurangi), reuse (memakai ulang), recovery (memperbaiki) serta recycling (daur ulang).
"Pertama yang perlu dilakukan adalah mengadakan kampanye atau sosialisasi kepada masyarakat untuk menginformasikan bahwa sampah organik dan non-organik harus dipisahkan. Pola ini juga memudahkan petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dalam mengumpulkan sampah," ujarnya.
Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah salah satu rekayasa sosial. Untuk mengajak masyarakat memilah sampah adalah pekerjaan yang sangat sulit karena menyangkut kebiasaan, budaya dan kepedulian sebagian besar masyarakat yang sangat rendah. Bank sampah merupakan satu solusi inovatif untuk mengajak masyarakat memilih sampah, dengan menyamakan sampah seperti uang atau barang, yang dapat ditabung.
Tujuan bank sampah adalah sebagai solusi reduksi sampah di tingkat masyarakat karena kemampuannya yang menjadi bagian dari sistem rantai pengumpulan sampah yang terintegrasi meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
"Bank sampah harus lebih diefektifkan. Bank sampah ini merupakan upaya untuk memilah sampah sesuai dengan jenisnya, mulai dari kertas, plastik, botol minuman, besi dan sampah basah (organik). Sampah plastik, botol, kertas dan kaleng minuman ringan yang mempunyai nilai ekonomis, bisa dikumpulkan untuk dijual ke pihak industri," tuturnya.
Demi mengatasi kurangnya armada pengangkut sampah yang dimiliki DKP, solusinya yaitu mengandeng pengelola sampah swasta untuk menambah intensitas armada pengangkut. Dalam hal ini kerjasama dan komunikasi antara pemerintah kota, swasta dan masyarakat sangat penting dan krusial.
"Kita juga akan memperbanyak armada pengangkut sampah untuk mempermudah dan mempercepat proses pengambilan sampah di ruas-ruas jalan kota," sebut Ide.
Tak kalah pentingnya, masyarakat juga berperan dalam pengelolaan sampah ini, karena sampah juga bernilai ekonomis tinggi bila didaur ulang. Pendirian industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain merupakan solusi tepat.
"Dalam hal manajemen sampah, nantinya akan diperbaiki. Selain itu mengenai retribusi harus dikelola secara efektif termasuk pembenahan SDM," ujarnya.
Namun demikian, yang paling penting adalah merubah pola pikir masyarakat jangan lagi menganggap sampah adalah barang kotor dan menjadi urusan pemerintah setelah dibuang, dan menambahkan bahwa sampah adalah tanggungjawab bersama karena menyangkut kebersihan, kesehatan dan keindahan lingkungan. (MC-PKB)